Selasa, 05 Oktober 2010

Pemikiran Amartya K. Sen Mengenai Kemiskinan (Poverty) dan Refleksinya di Indonesia

Amartya Sen lahir di Shantiniketan, Bengal Barat, India pada tanggal 1933.  Sen adalah seorang ekonom dan profesor di Trinity College, Cambridge.  Pada tahun 1998, Sen dianugerahi penghargaan nobel ekonomi atas sumbangsihnya bagi kesejahteraan ekonomi dan teori pilihan sosial.  Amartya Sen telah memberikan kontribusi terhadap pemahaman dan pengukuran kemiskinan, penjelasan lapar dan kelaparan.  Sen juga menunjukkan adanya keterlibatan antara etika moral, filsafat dan makna pembangunan.  Sen menunjukkan perhatian yang besar untuk menangani masalah dan ketimpangan sosial ekonomi serta menggali secara mendasar atas hak kesejahteraan manusia. 

A.   Pemikiran Amartya K. Sen Mengenai Kemiskinan (Poverty)
Keingintahuan Sen terhadap permasalahan yang dirasakan masyarakat miskin tertanam semenjak sekolah Tagore.  Kemskinan dan kelaparan yang dialami masyarakat Bengal menjadikan Sen kecil ingin mencari tahu penyebab penderitaan tersebut.  Pemikiran Sen mendapat pengaruh dari Tagore yang menyatakan bahwa “amatlah utama jika seseorang mampu berpenghidupan dan berpikir dalam suasana merdeka”.[1]  Hal demikian menunjukan bahwa, setiap orang harus memiliki kebebasan dalam menjalankan hidup dan memperoleh hak-haknya.  Selain itu, seseorang dapat menggunakan akal pikirannya dengan baik apabila memiliki kebebasan untuk berpikir dan menyampaikan pendapat.
Amartya Sen menyatakan bahwa, kemiskinan terjadi akibat perampasan kapabilitas/capability deprivation (kebebasan untuk mencapai sesuatu dalam hidup seseorang).[2]  Dalam hal ini, ketidakbebasan masyarakat yang subtansif itu berkaitan langsung dengan kemiskinan ekonomi.  Kemiskinan telah menjadikan rakyat tidak bisa terhindar dari kelaparan, mendapatkan nutrisi yang cukup, memperoleh obat bagi yang sakit, serta tidak dapat menikmati air bersih dan fasilitas sanitasi.  Hal demikian menunjukkan bahwa kegagalan pemberdayaan kaum miskin disebabkan oleh prilaku pemimpin atau pemerintah yang tidak menjalankan kehidupan demokrasi secara substantif.
Amartya Sen menunjukkan bahwa kemiskinan yang menjerat beberapa negara Asia dan Afrika adalah buah kelalaian negara yang menafikan demokrasi dalam memutar roda perekonomiannya. [3]  Jika melihat realita di negara-negara Asia-Afrika, masih banyak yang mempraktekkan demokrasi hanya sebatas demokrasi formal yang tercermin dalam pemilihan umum.  Demokrasi substansial yang menghendaki kekuasaan dan kedaulatan rakyat dalam berbagai kehidupan belum berjalan secara optimal.  Dalam hal ini, bila manusia mampu mengoptimalkan potensinya, maka akan bisa maksimal pula kontribusinya untuk kesejahteraan bersama.  Dengan demikian, kemakmuran sebuah bangsa dicapai berbasiskan kekuatan rakyat yang berdaya dan menghidupinya.
Menurut Sen, penyebab dari langgengnya kemiskinan, ketidakberdayaan, maupun keterbelakangan adalah persoalan aksesibilitas.[4]  Dalam hal ini, kemiskinan diakibatkan keterbatasan akses.  Jika manusia mempunyai keterbatasan pilihan untuk mengembangkan hidupnya, akibatnya manusia hanya menjalankan apa yang terpaksa dapat dilakukan, bukan apa yang seharusnya bisa dilakukan.  Dengan demikian, potensi manusia mengembangkan hidup menjadi terhambat dan kontribusinya pada kesejahteraan bersama menjadi lebih kecil.  Aksesibilitas yang dimaksud Sen adalah terfasilitasinya kebebasan politik, kesempatan ekonomi, kesempatan sosial (pendidikan, kesehatan, dan lain-lain), transparansi, serta adanya jaring pengaman sosial.

B.   Refleksi Pemikiran Sen Mengenai Kemsikinan di Idnonesia
Kemiskinan merupakan persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia sejak merdeka sampai.  Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin pada Maret 2007 sebanyak 37,17 juta jiwa.[5]  Indonesia belum mampu menanggulangi masalah kemiskinan yang disebabkan karena, strategi penanggulangan kemiskinan yang ditawarkan oleh pemerintah belum menjawab akar persoalan kemiskinan.  Kebijakan pemerintah hanya merespon dampak yang ditimbulkan dari persoalan kemiskinan.  Hal ini diperparah dengan cara pandang yang selalu beranggapan bahwa penyebab kemiskinan hanya berasal dari kaum miskin itu sendiri dan masalah ekonomi.  Padahal realita menunjukan bahwa, kemiskinan yang terjadi di Indonesia lebih disebabkan oleh suatu proses pemiskinan atau yang lebih dikenal dengan istilah kemiskinan struktural.
Menurut Sen kemiskinan dapat ditanggulangi apabila hak-hak dasar dari kaum miskin ditegakkan.  Kemiskinan di Indonesia jika dikaitkan dengan pemikiran Sen, disebabkan karena pemerintah tidak dapat memenuhi hak-hak dasar masyarakat.  Pendidikan adalah hak seharusnya dimiliki oleh masyarakat, agar dapat menunjang kehidupan yang lebih baik.  Selain itu, pemerintah juga menyediakan lapangan pekerjaan dan kesempatan berusaha bagi masyarakat dalam mencari penghidupan yang layak.  Dalam hal ini, penyebab kemiskinan adalah akibat ketiadaan akses yang dapat menunjang pemenuhan kehidupan manusia.  Selain itu, distribusi akses sumber daya ekonomi yang tak merata menyebabkan rakyat miskin tak dapat mengembangkan usaha produktifnya.  Jika dilihat dari segi politik, rakyat miskin sangat sulit mengakses dan terlibat berbagai kebijakan publik, maka kebijakan tersebut tidak menguntungkan rakyat miskin.

Daftar Referensi

Media Indonesia, 4 Juli 2007.  dalam http://pondokkencana.blogspot.comKelaparan dan Kemiskinan” oleh Anonimous diakses Sabtu, 7 Agustus 2010 Pukul 22:56

Sen, Amartya, K. 1981.“Poverty and Femine: An Essay on Entitte and Deprivation” dalam http://www.ppi-india.orgKelaparan dan Ketimpangan Akses Pangan” oleh Ahmad Nurhasim diakses Sabtu, 7 Agustus 2010 Pukul 22:04

www.ekonomirakyat.org. “Manusia, Kebebasan dan Pembangunan” oleh Setyo Budiantoro diakses Sabtu, 7 Agustus 2010 Pukul 22:27

www.multiply.comMatematika dan Filsafat Kemsikinan” oleh Hikmat Darmawan diakses Sabtu, 7 Agustus 2010 Pukul 22:48

www.unisosdem.orgHuman Capability : Tujuan Pendidikan” oleh Teguh Santosa diases Sabtu, 7 Agustus 2010 Pukul 21:53

www.wikipedia.comAmartya K. Sen” diakses Sabtu, 7 Agustus 2010 Pukul 21:45

disarikan dari berbagai sumber



[1] www.multiply.comMatematika dan Filsafat Kemsikinan” oleh Hikmat Darmawan diakses Sabtu, 7 Agustus 2010 Pukul 22:48
[2] www.unisosdem.orgHuman Capability : Tujuan Pendidikan” oleh Teguh Santosa diases Sabtu, 7 Agustus 2010 Pukul 21:53
[3] Sen, Amartya, K. 1981.“Poverty and Femine: An Essay on Entitte and Deprivation” dalam http://www.ppi-india.orgKelaparan dan Ketimpangan Akses Pangan” oleh Ahmad Nurhasim diakses Sabtu, 7 Agustus 2010 Pukul 22:04
[4] www.ekonomirakyat.org. “Manusia, Kebebasan dan Pembangunan” oleh Setyo Budiantoro diakses Sabtu, 7 Agustus 2010 Pukul 22:27
[5] Media Indonesia, 4 Juli 2007.  dalam http://pondokkencana.blogspot.comKelaparan dan Kemiskinan” oleh Anonimous diakses Sabtu, 7 Agustus 2010 Pukul 22:56

Tidak ada komentar:

Posting Komentar