Sabtu, 18 September 2010

Gerakan Swadesi Ghandi di India sebagai Inspirasi Perjuangan Melawan Imperialisme Modern di Indonesia


A.    Gerakan Swadesi di India
Imperialisme Inggris ke India intinya adalah imperialisme dagang (handels-imperialisme) yaitu membawa barang ke India untuk dijual ke India.  Agar rakyat India bisa membeli, suka membeli, ingin membeli, maka politik dari imperialisme Inggris di India berbeda dengan Belanda di Indonesia.  Inggris tidak mematikan India sama sekali, mereka menumbuhkan kemauan membeli dan kemampuan membeli rakyat India dengan membentuk pola pikir rakyat agar menjadi pintar, dengan dibuat sekolah-sekolah untuk masyarakat india.  Tetapi hal ini kemudian mendapat tentangan dari kelas pertengahan dan kelas borjuis yang hendak tumbuh dengan penjualan-penjualan produk mereka sendiri, jadi yang paling mendapat saingan dari handles-imperialisme Inggris itu, ialah justru kelas pertengahan dan kelas borjuis.
Oleh karena itu, gerakan menentang imperialisme Inggris ini, pada awalnya adalah dari kelas pertengahan dan kelas borjuis (yang kemudian membentuk Indian National Conggress tahun 1885).  Kemudian penentangan tersebut mendapat dukungan dari rakyat India.  Semboyan ekonomisnya ialah Swadesi yang diajarkan oleh Mahatma Gandhi.  Gerakan Swadesi mempunyai harga moril yang tinggi sekali bagi bangsa India.  Dianjurkan untuk membuat sendiri keperluan hidupnya. Swadesi dipopulerkan oleh Mahatma Gandhi, dapat diartikan sebagai mandiri. Dalam arti luas, istilah ini dimaknai sebagai rasa bangga memiliki bangsa sendiri atau nasionalisme. Di masa Gandhi, gerakan ini makin mendapatkan ruh ketika didefinisikan sebagai panggilan bagi konsumen untuk waspada terhadap bahaya yang ditimbulkan dari industri asing (atau penjajah).[1]
Perjuangan Gandhi dalam menghadapi kolonialisme adalah dengan jalan damai (anti kekerasan).  Menurut Gandhi, "Anti Kekerasan dan kebenaran (Satya) tidak dapat dipisahkan dan mengandaikan satu sama lain. Tak ada Tuhan lebih tinggi dari kebenaran".[2] Dalam hal ini seperti yang disebutkannya bahwa perjuangan Ghandi dalam upaya persamaan hak dan derajat manusia didasarkan pada konsep untuk tidak menggunakan kekerasan/ahimsa yang dijalankannya dan dikembangkan terus-menerus dalam kehidupan sehari-hari dengan keyakinan yang kuat berpegang teguh kebenaran atau keteguhan dalam penyebab yang benar/satyagraha. Kemudian Ghandi juga memperjuangkan kebenaran dan mendambakan perdamaian, dimana dalam setiap perjuangan harus didasarkan tanpa kekerasan dan mengadakan perubahan dengan jalan damai.
Dengan kedua konsep tersebut (ahimsa dan satyagraha) Gandhi menggunakannya untuk melawan penjajahan Inggris di India dengan berkampanye supaya didukung masyarakat India.  Kampanye tersebut harus dilakukan dengan damai dan penuh pengorbanan, dan ternyata ditanggapi secara positif oleh warga India. Masyarakat setuju dengan pemikiran Ghandhi untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintah kolonial Inggris, mulai dari memboikot institusi serta produk Inggris, mengundurkan diri dari kantor publik, mengeluarkan anak-anak mereka dari sekolah negeri, menolak membayar pajak, dan mengacuhkan kehormatan serta kewarganegaraan Inggris. Hal itu dilakukan sebagai bentuk protes atas ketidak adilan yang diderita oleh masyarakat India dimana masyarakat telah di eksploitasi oleh industrialis Inggris dan menyebabkan kemiskinan yang luar biasa di India.

B.     Gerakan Swadesi di Indonesia
Bangsa India yang sudah terlebih dahulu menolak imperialisme dalam bidang ekonomi, dengan memegang kuat prinsip Swadesi.  Mereka percaya dengan kekuatan yang mereka miliki yang kemudian digunakan untuk melawan segala bentuk penjajahan.  Kesederhanaan yang ditunjukkan oleh Gandhi sangat mencerminkan bahwa bangsa India memiliki sebuah gaya hidup yang sesuai dengan kemampuannya pada waktu itu.  Pemboikotan produk Inggris apabila diinterpretasikan dalam konteks Indonesia dalam tatanan global bisa diartikan, kita harus berani untuk mangkir dari produk luar untuk menghidupkan produk nasional. Adalah tantangan bagi masyarakat Indonesia untuk melupakan segala kemewahan produk global dengan kembali dan mencoba kualitas lokal yang dimiliki bangsa Indonesia.
Indonesia dengan segala sumber daya yang dimiliki merupakan aset yang sangat menunjang untuk menuju kemajuan dalam bidang ekonomi.  Ketika Swadesi Gandhi menginginkan semua orang India memakai produknya sendiri, Indonesia mempunyai segala persyaratan untuk itu.  Hal ini dapat dilihat dari sumber daya alam yang berlimpah, sumber daya manusia berjumlah ratusan juta dan sumber daya pendukung lainnya.  Melihat hal demikian, yang menjadi pertanyaan apakah yang membuat produk nasional tetap kalah bersaing dalam percaturan perekonomian global.
Dalam contoh nyata kehidupan sehari-hari masyarakat, bisa dikatakan dari kebutuhan primer sampai tersier, tidak ada satupun kebutuhan yang lepas dari produk-produk luar negeri. Bahkan Negara Indonesia yang terkenal dengan negara agraris masih saja mengimport beras, kedelai, gula dll. Terlepas dari ada kepentingan-kepentingan tertentu didalamnya, namun ini sangat ironis dan tidak bisa diterima dengan akal sehat.  Sebuah gambaran yang menandakan hilangnya nilai-nilai kebangsaan untuk menuju kepada kemandirian bangsa.
Kesalahan bukan sepenuhnya dari strategi yang dipakai oleh pengusaha produk nasional, namun lebih kepada kesadaran masyarakat untuk memulai mencintai dan percaya kepada produk dalam negeri.  Kembali kepada prinsip pemikiran Gandhi yakni Swadesi yang menekankan bangsa India harus bisa berdiri diatas kaki sendiri, yang dilatar belakangi keinginan Gandhi untuk melawan kolonialisme dan imperialisme inggris pada saat itu, sangat relevan dengan situasi dan kondisi bangsa Indonesia saat ini yang tidak jauh berbeda dengan kondisi India saat itu. Sekarang, kolonialisme dalam bentuk produk luar dan dengan mudah memasuki bangsa ini atas nama era global, membuat produk nasional sulit bersaing. Prinsip Swadesi membuka wacana untuk melakukan sebuah gerakan cinta dalam memakai produk sendiri, tidak tergantung kepada barang-barang impor yang masuk ke indonesia.  Bangsa indonesia harus mandiri, maksudnya adalah yakin akan kemampuan sendiri dan berani menolak invasi produk luar.  Jika semua mengarah kepada kepentingan bangsa maka niscaya swadesi-swadesi lokal akan banyak bermunculan.

C.    Kesimpulan
Inti dari pemikiran Mahatma Gandhi ketika bergerak melawan imperialisme Inggris adalah untuk menghidupkan dan menanamkan betapa penting produk lokal untuk membangun ekonomi bangsanya.  Dengan sumber daya yang ada, Gandhi berpikir tidak perlu masyarakat India harus mengimpor segala sesuatunya dari luar, mereka percaya dengan produknya sendiri.  Gerakan swadesi memang pada awalnya adalah ketika para pengusaha-pengusaha India takut akan kedatangan produk-produk inggris yang bisa mengancam produk mereka. Kesadaran bahwa mereka yakin dengan produknya sendiri, kemudian yakin dan bangga merupakan modal untuk bisa bertarung dengan produk luar negeri yang masuk.
Swadesi sebagai gerakan boikot, bukanlah sebuah perkara mudah jika melihat kondisi negara Indonesia sekarang ini.  Tetapi, jika tidak mulai dari kesadaran diri untuk bisa bangga memakai produk nasional maka bukan mustahil nanti kedepannya, tidak ada lagi produk nasional karena telah diambil alih oleh tangan-tangan global.  Semakin nyata ketika melihat kondisi riil yang terjadi dimasyarakat. Tantangan bagi Indonesia kedepan dengan masyarakat yang cenderung ”kebarat-baratan” dan gaya hidup konsumerisme yang masih tetap menyepelekan produk dalam negerinya sendiri.



Daftar Referensi

Ekopriyono, Edi. 23 Maret 2010. “Swadesi”. http://suaramerdeka.com diakses Tanggal 17 Juli 210 Pukul 21.04

Hobhouse, S. 1939. “True Patriotism : Some Saying of Mahatma Gandhi”. Dalam http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.kirjasto.sci.fi/gandhi.htm&prev=/translate_s%3Fhl%3Did%26q%3Dperjuangan%2Bmahatma%2Bgandhi%2Bdi%2Bindia%26tq%3DMahatma%2BGandhi%2Bin%2Bthe%2Bstruggle%2Bof%2Bindia%26sl%3Did%26tl%3DenPerjuangan Mahatma Gandhi di India” oleh Petri Liukkonen diakses Tanggal 17 Juli 210 Pukul 20.07.

http://www.id.wikipedia.org/wiki/Mahatma_Gandhi Diakses Tanggal 17 Juli 2010 Pukul 20:17

http://www.nn-no.facebook.com/topic.php?uid=48307993845&topic=6548Mahatma Gandhi : Berjuang Tanpa Kekerasan”. oleh Pablo Anarich ditulis pada 08 Februari 2009 jam 8:08. Diakses tanggal 17 Juli 2010 Pukul 20:26

disarikan dari berbagai sumber



[1] Ekopriyono, Edi. 23 Maret 2010. “Swadesi”. http://suaramerdeka.com diakses Tanggal 17 Juli 210 Pukul 21.04

Tidak ada komentar:

Posting Komentar