Senin, 27 September 2010

Review Film dokumenter "Jejak Srikandi Senja"



Judul Film  : Jejak Srikandi Senja
Durasi         : 15 menit
Kategori     : Film Dokumenter (Politik, Sosial dan Ekonomi)
Note          : Masyarakat kalangan bawah sadar akan pentingnya suara mereka dalam pemilu. Oleh karena itu mereka menginginkan adanya bukti nyata perubahan kearah yang lebih baik untuk meningkatkan taraf hidupnya.
Produksi   : Hitam Putih Production (Arul, Ira, Feri, Uni, Fara, Opa & April)

Film dokumenter ini menyoroti perjalanan para perempuan tua yang masih saja dengan gigih berjuang mencari rizki di usianya yang senja. Mereka mencari sesuap nasi dengan memungut padi sisa-sisa panen. Pendapatan yang mereka peroleh perhari adalah kurang dari 4 Kg padi atau dengan harga Rp. 10.000 saja kurang.
Narasumber dari Film dokumenter ini adalah Ibu Warsini dan para perempuan tua pemungut padi. Mereka adalah segelintir masyarakat kalangan bawah yang juga ikut memilih calon bupati purbalingga pada pemilukada tahun 2010. Namun sebagai masyarakat golongan bawah, mereka tidak memiliki harapan yang besar untuk merubah keadaan ekonomi dengan adanya pemilihan Bupati Purbalingga tersebut. Mereka menginginkan adanya imbalan langsung berupa uang ataupun sembako atas suara mereka.

Sabtu, 18 September 2010

Gerakan Swadesi Ghandi di India sebagai Inspirasi Perjuangan Melawan Imperialisme Modern di Indonesia


A.    Gerakan Swadesi di India
Imperialisme Inggris ke India intinya adalah imperialisme dagang (handels-imperialisme) yaitu membawa barang ke India untuk dijual ke India.  Agar rakyat India bisa membeli, suka membeli, ingin membeli, maka politik dari imperialisme Inggris di India berbeda dengan Belanda di Indonesia.  Inggris tidak mematikan India sama sekali, mereka menumbuhkan kemauan membeli dan kemampuan membeli rakyat India dengan membentuk pola pikir rakyat agar menjadi pintar, dengan dibuat sekolah-sekolah untuk masyarakat india.  Tetapi hal ini kemudian mendapat tentangan dari kelas pertengahan dan kelas borjuis yang hendak tumbuh dengan penjualan-penjualan produk mereka sendiri, jadi yang paling mendapat saingan dari handles-imperialisme Inggris itu, ialah justru kelas pertengahan dan kelas borjuis.
Oleh karena itu, gerakan menentang imperialisme Inggris ini, pada awalnya adalah dari kelas pertengahan dan kelas borjuis (yang kemudian membentuk Indian National Conggress tahun 1885).  Kemudian penentangan tersebut mendapat dukungan dari rakyat India.  Semboyan ekonomisnya ialah Swadesi yang diajarkan oleh Mahatma Gandhi.  Gerakan Swadesi mempunyai harga moril yang tinggi sekali bagi bangsa India.  Dianjurkan untuk membuat sendiri keperluan hidupnya. Swadesi dipopulerkan oleh Mahatma Gandhi, dapat diartikan sebagai mandiri. Dalam arti luas, istilah ini dimaknai sebagai rasa bangga memiliki bangsa sendiri atau nasionalisme. Di masa Gandhi, gerakan ini makin mendapatkan ruh ketika didefinisikan sebagai panggilan bagi konsumen untuk waspada terhadap bahaya yang ditimbulkan dari industri asing (atau penjajah).[1]